TAMAN dikatakan ramah lingkungan apabila mampu berfungsi
optimal. Elemen ini tak hanya dapat dijadikan pendukung estetika bangunan, juga
berfungsi penuh terhadap lingkungan sekitar.
Indonesia yang beriklim tropis tentu membutuhkan taman yang
dapat menyerap panas dan air hujan dengan baik. Karena itu, pembuatan taman
pada bangunan-bangunan seperti rumah tinggal sangat diperlukan. Fungsinya juga
cukup beragam. Jika kita lihat secara visual, taman bisa digunakan sebagai
penghias rumah. Hanya, secara ilmiah sebenarnya taman berfungsi untuk
memelihara sistem dan ekologi lingkungan.
Arsitek lanskap Giwo Rubianto menuturkan, taman ramah
lingkungan adalah yang tidak hanya dapat dipandang dalam satu sisi. Taman itu
juga bisa berfungsi secara optimal, yakni tidak hanya menjadi paru-paru kota,
melainkan dapat pula dijadikan paru paru bagi penghuni rumah.
Pada rumah tinggal, taman yang ramah lingkungan seharusnya
dapat memberikan atmosfer hijau, salah satunya dengan memilih pohon yang tidak
hanya rindang, juga yang sesuai dengan luas rumah dan taman. Menurut dosen
arsitektur lanskap Sumiantono Raharjo, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk membuat taman ramah lingkungan, di antaranya menanam tanaman berdaun
lebar seperti pohon ketapang, pohon biola cantik, atau sejenis famili dari
pohon jati. Hal tersebut didasari keunggulan pohon-pohon berdaun lebar, yakni
dapat mengurangi penguapan air ke udara.
“Jadi, letakkan pohon-pohon itu di beberapa bagian sudut rumah
yang dikombinasikan dengan desain taman,” ujar Sumiantono.
Selain itu, taman juga harus bersenyawa dengan gaya hidup si
empunya rumah. Maksudnya, taman yang kita buat harus tidak “membahayakan”
penghuni. Dalam arti, tidak menggunakan semaksemak berduri, luas lahan harus
lebih besar karena itu berguna sebagai sarana bermain anak, serta jangan
menggunakan ranting-ranting yang mudah patah dan mengeluarkan getah.
Hal serupa diungkapkan Giwo. Ada beberapa penghuni rumah
yang menanam pohon produktif di area depan rumah. Awalnya hal itu bertujuan
melindungi rumah dari udara kotor dan polusi suara. Namun, pada saat buah
panen, pohon itulah yang memicu orang yang lalu lalang di depan rumah untuk
melakukan sesuatu.
Hal lain yang harus dilakukan, upayakan selalu ada kontak
antara elemen interior dan eksterior. Contohnya, Sumiantono menyebutkan,
gunakan warna-warna tanaman yang harmonis dengan tekstur bangunan.
“Jangan karena ingin mengikuti tren, taman yang digunakan
berbanding terbalik dengan desain bangunan. Kalau sudah begini, taman bukannya
menambah estetika hunian, tapi malah merusak keindahan rumah,” paparnya.
Selain itu, ada pula beberapa faktor pelengkap lain. Menurut
Giwo, penghalang dan pelindung merupakan salah satu unsur untuk membuat taman
yang ramah lingkungan. Misalkan rumah yang menghadap barat, maka letakkanlah
tanaman yang dapat melindungi rumah berikut penghuninya dari sengatan sinar
matahari kala siang hari.